ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEPHALUS
A.
Konsep
Medis
1.
Definisi
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan
dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan–jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat
berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang–ruang tempat mengalirnya liquor.
Beberapa tipe hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan
intracranial.
Hidocefalus
adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor. Hidrocefalus adalah
kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam sistem
ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan
peningkatan volume intravertikel.
Hidrocefalus
adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS.
Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi
pembesaran sistem ventrikular akibat ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi cairan cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal Fluid).
2.
Etiologi
Penyebab
penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
1.
Kelainan bawaan
a.
Stenosis Aquaductus sylvii
Merupakan
penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah
saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya.
Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada
bulan-bulan pertama setelah lahir.
b.
Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya
berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis
dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi
foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
c.
Sindrom Dandy-Walker
Merupakan
atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus
obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga
merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
2.
Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul
perlekatan meningen. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan
araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah
toxoplasmosis.
3.
Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir
dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal
otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri
(Allan H. Ropper, 2005:360).
4.
Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik
yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak
menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir
biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
3.
Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada sistem ventrikuler atau
pada ruangan sub arachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater
dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray
matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba–tiba/akut dan
dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat
dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela
anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada
perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga/keturunan yang
terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang
menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy
walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada
ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara
simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada orang yang
lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa
otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikel
cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim
ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan
kematian. Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal
yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral
cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi
keadaan kompensasi.
4.
Klasifikasi
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya
dapat di bagi dua (2 ) :
1)
Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah
diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga;
a.
Pada saat lahir keadaan otak bayi
terbentuk kecil
b.
Terdesak oleh banyaknya cairan didalam
kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak
terganggu.
2)
Di dapat
Bayi
atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah
sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial. Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat
terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada
bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagianyaitu :
1. Hidrosefalus
komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada
rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dal;am sistem ventrikel
sampai ke tempat sumbatan.
2. Hidrosefalus
non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat
didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya
gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal
sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
5.
Manifestasi
Klinis
1.
Bayi
a. Kepala
menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun
b. Keterlambatan
penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit
tinggi dari permukaan tengkorak
c. Tanda
– tanda peningkatan tekanan intrakranial, meliputi:
-
Muntah
-
Gelisah
-
Menangis dengan suara ringgi
-
Peningkatan sistole pada tekanan darah,
penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil,
lethargi – stupor
d. Peningkatan
tonus otot ekstrimitas
e. Tanda
– tanda fisik lainnya ;
-
Dahi menonjol bersinar atau mengkilat
dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas.
-
Alis mata dan bulu mata ke atas,
sehingga sclera telihat seolah – olah di atas iris.
-
Bayi tidak dapat melihat ke atas,
“sunset eyes”
-
Strabismus, nystagmus, atropi optik.
-
Bayi sulit mengangkat dan menahan
kepalanya ke atas.
2. Anak
yang telah menutup suturanya
Tanda
– tanda peningkatan tekanan intrakranial :
a. Nyeri
kepala
b. Lethargi,
lelah, apatis, perubahan personalitas
c. Ketegangan
dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.
d. Penglihatan
ganda, kontruksi penglihatan perifer
e. Strabismus
f. Perubahan
pupil.
6.
Komplikasi
Hidrocefalus
1.
Peningkatan TIK
2.
Kerusakan otak
3.
Infeksi: septisemia, infeksi luka
nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4.
Emboli otak
5.
Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi
mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan
penglihatan
8. Kematian
7.
Pengobatan
Pada sebagian penderita pembesaran kepala berhenti
sendiri (arrestetd hydrocephalus), mungkin oleh reka nalisa ruang subaraknoid
atau konpensasi pembentukan CSS yang berkurang (Laurence, 1965).
Tindakan bedah belum ada yang memuaskan
100%, kecuali bila penyebabnya adalah tumor yang masih dapat diangkat.
` Ada tiga prinsip pengobatan
hydrocephalus:
1. Mengurangi
produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi
(pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Obat azeta
zolamid (diamox) dikatakan mempunyai hasiat inhibasi pembentukan CSS.
2. Memperbaikai
hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorpsi yankni menhubungkan
ventrikel dengan subaraknoid. Missal, ventrikulosisternostomi torkildsen pada
stenosis akuaduktus. Pada anak hasilnya kurang memuaskan, karena sudah ada insufisiensi
fungsi absorpsi.
3. Pengeluaran
CSS kedalam organ ekstracranial.
a. Drainase
ventrikulo-peritoneal
b. Drainase
lombo-peritoneal
c. Drainase
ventrikulo-pleural
d. Drainase
ventrikul-ureterostomi
e. Drainase
kedalam antrum mastoid
f. Cara
yang kini dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS kedalam vena jugularis dan
jantung melalui kateter yang berventil (holter valve) yang memungkinkan
pengaliran CSS ke satu arah. Keburukan cara ini ialah bahwa kateter harus
diganti sesuai dengan pertumbuhan anak. Hasilnya belum memuaskan karena masih
sering terjadi infeksi sekunder dan sepsis.
- Asuhan
Keperawatan
- Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan diagnosis status kesehatan klien. (Nursalam,
2001).
1. Anamnese
a. Riwayat
penyakit / keluhan utama
Muntah,
gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Kesehatan
Dari riwayat kesehatan pasien dengan hidrosefalus dapat menunjukkan adanya
a)
Riwayat trauma sewaktu lahir
b)
Riwayat penyakit dahulu, misal:
perdarahan sebelum dan sesudah lahir, infeksi, neoplasma
c)
Riwayat keluarga
2. Pemeriksaan
Fisik
a. Inspeksi
:
1) Anak
dapat melihat keatas atau tidak.
2) Pembesaran
kepala.
3) Dahi
menonjol dan mengkilat serta pembuluh dara terlihat jelas.
b. Palpasi
1) Ukur
lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
2) Fontanela
: Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras
dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan
Mata
1) Akomodasi.
2) Gerakan
bola mata.
3) Luas
lapang pandang
4) Konvergensi.
5) Didapatkan
hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
6) Stabismus,
nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi
Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
a. Peningkatan
sistole tekanan darah.
b. Penurunan
nadi / Bradicardia.
c. Peningkatan
frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa
Klinis :
a. Transimulasi
kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan
banormal. ( Transsimulasi terang )
b. Perkusi
tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign)
c. Opthalmoscopy
: Edema Pupil.
d. CT
Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi
komputer.
e. Radiologi
: Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.
Diagnosa
Keperawatan
1)
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan inmobilitas fisik ditandai dengan lesi di
area oksipital
2)
Perfusi
jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah
keotak ditandai dengan vena-vena di area cerebral melebar, sutura melebar.
3)
Hipertermi
berhubungan dengan adanya respon inflamsi karena masuknya bakteri ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh pasien.
4)
Gangguan
sensori persepsi visual berhubungan dengan perubahan sensori persepsi
(penekanan cranial 2) ditandai dengan sunset phenomenon.
5)
Nyeri
akut berhubungan dengan peningkatan TIK
III. Rencana
Intervensi
Diagnosa 1
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan inmobilitas fisik ditandai dengan lesi di
area oksipital
Tujuan :
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama ….X 24 jam diharapkan klien mampu mempertahankan
keutuhan kulit .
Ktiteria
hasil:
Tidak ada
tanda-tanda kemerahan/luka.
Intervensi:
Ø Ubah posisi setiap dua jam
Rasional: menghindari tekanan dan meningkatkan
aliran darah
Ø Observasi eritema, kepucatan dan palpai area sekitar
terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan setiap pengubahn posisi.
Rasional:
hangat dan pelunakan adalah tanda perusakan jaringan.
Ø Jaga kebersih seminimal mungkin, hindari paparan
terhadap panas pada kulit
Rasional: mempertahankan keutuhan kult.
Ø Instruksikan pengunjung
untuk mencuci
tangan saat memasuki danmeninggalkan ruangan klien
Rasional: Mencegah
resiko infeksi nosokomial.
Ø Cuci tangan sebelum dan sesudahsetelah melakukan perawatan
kepadaklien.
Rasional: Mencegah
resiko infeksi nosokomial
Diagnosa 2
Perfusi jaringan cerebral tidak
efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah keotak ditandai dengan
vena-vena di area cerebral melebar, sutura melebar.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama ….x24 jam, diharapkan perfusijaringan serebral kembali efektif
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda peningkatan
tekanan intracranial.
Intervensi:
Ø Observasi
pupil atau perubahan tanda-tanda vital, penurunan tingkat kesadaran dan/atau
fungsi motor
Rasional:
Memberikan deteksi awal danintervensi untuk meminimalkan penekanan intrakrania
Ø Baringkan
klien dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.
Rasional:
Perubahan pada tekanan intrakranial akan dapat menyebabkan risiko terjadinya herniasi
otak
Ø Monitor
tanda-tanda vital seperti suhu dan frekuensi pernapasan.
Rasional:
Mengetahui keadaaan umum klien
Ø Monitor
kadar hemoglobin darah (nilai normal : 9,0-14,0 g/dL)
Rasional:
Hemoglobin berperan dalampengangkutan oksigen ke jaringanotak
Diagnosa 3
Hipertermi berhubungan dengan adanya
respon inflamsi karena masuknya bakteri ditandai dengan ingkatan pensuhu tubuh
pasien
Tujuan :
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan hipertermi teratasi.
Kriteris hasil :
Suhu klien dalam batas normal
Ø Mandikan klien dengan mengunakan air
hangat
Rasional:
Meningkatkan kenyamanan klien
Ø Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien
Rasional:
Lingkungan yang nyaman akan mampu meningkatkan perbaikan status kesehatan
klien.
Ø Sesuaikan
temperatur ruangan dengan kebutuhan klien
Rasional:
Menjaga suhu yang sesuai dalam meningkatkan perbaikan status kesehatan klien.
Ø Berikan kompres
hangat
Rasional:
Menurunkan suhu tubuh kliensehingga
dapat berada dalam batasnormal
Diagnosa 4
Gangguan sensori persepsi visual
berhubungan dengan perubahan sensori persepsi(penekanan cranial 2) ditandai dengan
sunset phenomenon.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan selama
…..x24 jam diharapkan gangguan sensori persepsi visual klien berkurang
Kriteria hasil :
•Kemampuan penglihatan klien
meningkat
•Sunset phenomenon berkurang
Intevensi:
Ø Gunakan
siaran TV sebagai bagaian dari rencana program stimulasi sensorik
Rasional:
Meningkatkan kemampuan sensorik klien.
Ø Monitor
adanya tanda kemerahan pada mata klien
Rasional:
Kemerahan pada mata menunjukkaniritasi
ringan
Ø Bantu
klien untuk tidak menyentuh mata bagian dalam
Rasional:
Menyentuh mata bagian dalam dapat meningkatkan
resiko infeksi dan iritasi
Diagnosa 5
Nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan TIK
Tujuan:
setelah diberikan asuhan diharapkan rasa nyeri akan berkurang/hilang
Kriteria hasil:
Klien merasa nyaman
Intervensi:
Ø Tampilkan pengkajian secara menyeluruh
tentang nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas,
intensitas dan faktor predisposisi nyeri.
Rasional: pengkajian
menyeluruh memudahkan dalam penaganan nyeri
Ø Observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan,
terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
Rasional: isyarat non
verbal dapat memberikan gambaran tingkat nyeri yang dialami klien
Ø Pastikan pasien menerima analgesik yang
tepat.
Rasional: pemberian
analgesik untuk mengurangai rasa nyeri
Ø Ajarkan untuk menggunakan teknik
nonfarmokologi (misal : relaksasi, guided imagery, therapi musik, distraksi,
dll).
Rasional: tekhnik
relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges Marilyn E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Egc
Guyton,Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: Egc
Ruspeno Hasan,dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia