Rabu, 16 Mei 2012

ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEPHALUS


ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEPHALUS
A.    Konsep Medis
1.      Definisi
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan–jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang–ruang tempat mengalirnya liquor. Beberapa tipe hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intracranial.
Hidocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor. Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan peningkatan volume intravertikel.
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS.
Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal Fluid).
2.      Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
1.      Kelainan bawaan
a.       Stenosis Aquaductus sylvii
Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b.      Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
c.       Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
2.      Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
3.      Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
4.      Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

3.      Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada sistem ventrikuler atau pada ruangan sub arachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba–tiba/akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga/keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian. Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

4.      Klasifikasi
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua (2 ) :
1)      Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga;
a.       Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
b.      Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2)      Di dapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial. Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagianyaitu :
1.      Hidrosefalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dal;am sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
2.      Hidrosefalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
5.      Manifestasi Klinis
1. Bayi
a.       Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun
b.      Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak
c.       Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial, meliputi:
-          Muntah
-          Gelisah
-          Menangis dengan suara ringgi
-          Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor
d.      Peningkatan tonus otot ekstrimitas
e.       Tanda – tanda fisik lainnya ;
-          Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas.
-          Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah – olah di atas iris.
-          Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
-          Strabismus, nystagmus, atropi optik.
-          Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
2.      Anak yang telah menutup suturanya
Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial :
a.       Nyeri kepala
b.      Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
c.       Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.
d.      Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
e.       Strabismus
f.       Perubahan pupil.

6.      Komplikasi Hidrocefalus
1.      Peningkatan TIK
2.      Kerusakan otak
3.      Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4.      Emboli otak
5.      Obstruksi vena kava superior
6.      Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7.      Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8.      Kematian

7.      Pengobatan
Pada sebagian penderita pembesaran kepala berhenti sendiri (arrestetd hydrocephalus), mungkin oleh reka nalisa ruang subaraknoid atau konpensasi pembentukan CSS yang berkurang (Laurence, 1965).
Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%, kecuali bila penyebabnya adalah tumor yang masih dapat diangkat.
`              Ada tiga prinsip pengobatan hydrocephalus:
1.      Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Obat azeta zolamid (diamox) dikatakan mempunyai hasiat inhibasi pembentukan CSS.
2.      Memperbaikai hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorpsi yankni menhubungkan ventrikel dengan subaraknoid. Missal, ventrikulosisternostomi torkildsen pada stenosis akuaduktus. Pada anak hasilnya kurang memuaskan, karena sudah ada insufisiensi fungsi absorpsi.
3.      Pengeluaran CSS kedalam organ ekstracranial.
a.       Drainase ventrikulo-peritoneal
b.      Drainase lombo-peritoneal
c.       Drainase ventrikulo-pleural
d.      Drainase ventrikul-ureterostomi
e.       Drainase kedalam antrum mastoid
f.       Cara yang kini dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS kedalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (holter valve) yang memungkinkan pengaliran CSS ke satu arah. Keburukan cara ini ialah bahwa kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak. Hasilnya belum memuaskan karena masih sering terjadi infeksi sekunder dan sepsis.
  1. Asuhan Keperawatan
  1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan diagnosis status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).
1.      Anamnese
a.       Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b.      Riwayat Kesehatan
                    Dari riwayat kesehatan pasien dengan hidrosefalus dapat menunjukkan adanya
a)      Riwayat trauma sewaktu lahir
b)      Riwayat penyakit dahulu, misal: perdarahan sebelum dan sesudah lahir, infeksi, neoplasma
c)      Riwayat keluarga
2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi :
1)      Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2)      Pembesaran kepala.
3)      Dahi menonjol dan mengkilat serta pembuluh dara terlihat jelas.
b.      Palpasi
1)      Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
2)      Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c.       Pemeriksaan Mata
1)      Akomodasi.
2)      Gerakan bola mata.
3)      Luas lapang pandang
4)      Konvergensi.
5)      Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
6)      Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3.      Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
a.       Peningkatan sistole tekanan darah.
b.      Penurunan nadi / Bradicardia.
c.       Peningkatan frekwensi pernapasan.
4.      Diagnosa Klinis :
a.       Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
b.      Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign)
c.       Opthalmoscopy : Edema Pupil.
d.      CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.
e.       Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

 Penyimpangan KDM
Diagnosa Keperawatan
1)      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inmobilitas fisik ditandai dengan lesi di area oksipital
2)      Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah keotak ditandai dengan vena-vena di area cerebral melebar, sutura melebar.
3)      Hipertermi berhubungan dengan adanya respon inflamsi karena masuknya bakteri ditandai dengan peningkatan suhu tubuh pasien.
4)      Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan perubahan sensori persepsi (penekanan cranial 2) ditandai dengan sunset phenomenon.
5)      Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK

III. Rencana Intervensi
Diagnosa 1
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inmobilitas fisik ditandai dengan lesi di area oksipital
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….X 24 jam diharapkan klien mampu mempertahankan keutuhan kulit .
Ktiteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda kemerahan/luka.
Intervensi:
Ø  Ubah posisi setiap dua jam
Rasional: menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
Ø  Observasi eritema, kepucatan dan palpai area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan setiap pengubahn posisi.
Rasional: hangat dan pelunakan adalah tanda perusakan jaringan.
Ø  Jaga kebersih seminimal mungkin, hindari paparan terhadap panas pada kulit
Rasional: mempertahankan keutuhan kult.
Ø  Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat memasuki danmeninggalkan ruangan klien
Rasional: Mencegah resiko infeksi nosokomial.
Ø  Cuci tangan sebelum dan sesudahsetelah melakukan perawatan kepadaklien.
Rasional: Mencegah resiko infeksi nosokomial
Diagnosa 2
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah keotak ditandai dengan vena-vena di area cerebral melebar, sutura melebar.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam, diharapkan perfusijaringan serebral kembali efektif
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial.
Intervensi:
Ø  Observasi pupil atau perubahan tanda-tanda vital, penurunan tingkat kesadaran dan/atau fungsi motor 
Rasional: Memberikan deteksi awal danintervensi untuk meminimalkan penekanan intrakrania
Ø  Baringkan klien dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.
Rasional: Perubahan pada tekanan intrakranial akan dapat menyebabkan risiko terjadinya herniasi otak
Ø Monitor tanda-tanda vital seperti suhu dan frekuensi pernapasan.
Rasional: Mengetahui keadaaan umum klien
Ø  Monitor kadar hemoglobin darah (nilai normal : 9,0-14,0 g/dL)
Rasional: Hemoglobin berperan dalampengangkutan oksigen ke jaringanotak
Diagnosa 3
Hipertermi berhubungan dengan adanya respon inflamsi karena masuknya bakteri ditandai dengan ingkatan pensuhu tubuh pasien
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan hipertermi teratasi.
Kriteris hasil :
Suhu klien dalam batas normal
Ø  Mandikan klien dengan mengunakan air hangat
Rasional:  Meningkatkan kenyamanan klien
Ø  Ciptakan  lingkungan yang nyaman bagi klien
Rasional: Lingkungan yang nyaman akan mampu meningkatkan perbaikan status kesehatan klien.
Ø  Sesuaikan temperatur ruangan dengan kebutuhan klien
Rasional: Menjaga suhu yang sesuai dalam meningkatkan perbaikan status kesehatan klien.
Ø  Berikan kompres hangat
Rasional: Menurunkan suhu tubuh kliensehingga dapat berada dalam batasnormal

Diagnosa 4
Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan perubahan sensori persepsi(penekanan cranial 2) ditandai dengan sunset phenomenon.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan selama …..x24 jam diharapkan gangguan sensori persepsi visual klien berkurang
Kriteria hasil :
•Kemampuan penglihatan klien meningkat
•Sunset phenomenon berkurang
Intevensi:
Ø  Gunakan siaran TV sebagai bagaian dari rencana program stimulasi sensorik 
Rasional: Meningkatkan kemampuan sensorik klien.
Ø  Monitor adanya tanda kemerahan pada mata klien
Rasional: Kemerahan pada mata menunjukkaniritasi ringan
Ø  Bantu klien untuk tidak menyentuh mata bagian dalam
Rasional: Menyentuh mata bagian dalam dapat meningkatkan resiko infeksi dan iritasi
Diagnosa 5
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
Tujuan: setelah diberikan asuhan diharapkan rasa nyeri akan berkurang/hilang
Kriteria hasil:
Klien merasa nyaman
Intervensi:
Ø  Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor predisposisi nyeri.
Rasional: pengkajian menyeluruh memudahkan dalam penaganan nyeri
Ø  Observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan, terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
Rasional: isyarat non verbal dapat memberikan gambaran tingkat nyeri yang dialami klien
Ø  Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat.
Rasional: pemberian analgesik untuk mengurangai rasa nyeri
Ø  Ajarkan untuk menggunakan teknik nonfarmokologi (misal : relaksasi, guided imagery, therapi musik, distraksi, dll).
Rasional: tekhnik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

DAFTAR PUSTAKA


Doenges Marilyn E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Egc
Guyton,Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Egc
Ruspeno Hasan,dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar